Dalam salah satu dhawuhnya, Gus Miek berkata, “Biarkan dunia ini maju. Akan tetapi, bagi kita umat Islam, akan lebih baik kalau kemajuan di bidang lahiriyyah dan umumiyyah ini dibarengi dengan iman, ini dibarengi dengan iman, ubudiyyah, serta sejumlah keterampilan positif. Jadi, era globalisasi menuntut kita untuk lebih meyakini bahwa sholat lima waktu itu, misalnya adalah senam atau olahraga yang paling baik. Setidak-setidaknya, bagi orang Jawa bangun pagi tentu baik. Apalagi, bagi kita yang Mukmin. Dengan bangun pagi kita meyakini bahwa kegiatan sholat subuh adalah senam olahraga yang paling baik, otomatis kita tersentuh untuk bergegas melakukan itu,” (dalam buku Dhawuh Gus Miek hlm 142 yang bisa didapatkan di @bukusuuhuf)
.
Sayyid Muhammad bin Abdullah al-Aidarus mengatakan, “Jika engkau tidak memeroleh taufik untuk melakukan sholat malam barang dua raka’at, minimal engkau telah bangun dari tidurmu ketika fajar pertama atau fajar kedua. Setelah menunaikan sholat subuh di awal waktu, sibukkanlah dirimu dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan Al-Qur’an sampai matahari terbit. Orang-orang yang mengenal Allah tidak akan menyia-nyiakan waktu yang mulia ini. Jika engkau abaikan pula waktu (subuh) ini, ketahuilah bahwa dirimu telah jauh dari Allah Ta’ala. Sadarlah agar engkau tidak menjadi lalai dengan tercatat sebagai orang yang lalai,” (Idhalu Asrari Ulum al-Muqarrabin, hlm. 1420)
.
Nasihat Gus Miek di atas selaras dengan peryataan Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa urutan-urutan wirid pada waktu siang hari terbagi menjadi menjadi tujuh, dimana urutan pertama adalah wirid antara terbit fajar sampai terbit matahari. Saat-saat antara fajar hingga terbit tersebut adalah waktu yang mulia. Kemuliannya ditunjukkan oleh sumpah Allah, “Dan demi subuh apabila fajarnya memulai menyinsing,” (QS. At-Takwir: 18).
.
#UlamaNusantarat Gus Miek
0 Komentar